Rabu, 18 Agustus 2010

Kolektor Satu Koleksi


Beberapa kali aku mendengar seorang suami atau istri berkata seperti ini tentang pasangannya:
"Dulu, dia yang melakukan pendekatan pertama padaku. Aku sih menerimanya karena kasihan."

Yaiks, dia sedang membicarakan siapa sih? Kok terdengar seperti membahas barang murah yang dijajakan dengan nekad ke rumah-rumah, karena ditawarkan dengan cara biasa tidak laku?
Tentu saja sekali-sekali kita boleh menaruh kasihan pada penjaja macam begini, selama yang dimintanya cuma senilai uang receh. Tapi kalau itu koin (baca: kesempatan mendapat pasangan) kita satu-satunya, dan 'dampak ikutan'nya berlangsung seumur hidup, masa sih 'dibelanjakan' sembarangan?

Jangan-jangan itu hanya dalih.
Sebenarnya itu pilihannya juga, tapi pilihan tidak cermat yang baru disesalinya kemudian. Persoalannya, dimana kerennya orang yang tidak cermat memilih?

Andai saja dia tahu, mereka yang  salah memilih masih bisa tetap keren, yaitu ketika ia diam dan tidak mengeluh.

Ah, berapa kali aku beruntung berjumpa dengan mereka yang menutup mulut atas 'ketidakberuntungan'nya itu.
Barangkali mereka memang memerlukan pengalaman ini (membuat istilah 'salah memilih' jadi ... salah ;-)), buktinya mereka  justru tampak berkilau karena ... penderitaannya (salah juga kayaknya. Siapa tahu jauh di dalam hati mereka bahagia? Buktinya -lagi-, mereka yang kukenal dalam posisi ini seringkali tampak amat sehat dan segar seperti rambut yang baru dikrimbat! ;-))

Lucu memang. Kadang-kadang orang mengira kekerenannya akan lebih bersinar jika dia cuek atau merendahkan kekerenan orang lain. Padahal sumpah enggak! Persis seperti gadis remaja yang merasa keren ketika bisa menunjukkan ekspresi siapa-sih-elu pada cowok-cowok yang memujanya. Padahal mana mungkin tatapan siapa-sih-elu itu menunjukkan siapa-gua, kecuali sisi-sisi yang menggelikan dan ... menyedihkan?

Tapi itulah masalahnya. Orang seringkali cuma bertambah tua, tapi tidak bertambah dewasa. Era dewasa melihat keren secara berbeda. Era dewasa membuat kita dengan bangga mengaku terpikat pada 'barang bagus', dan tidak malu memburunya habis-habisan kalau perlu... Lihatlah kolektor permata, lukisan, barang antik, betapa bangga mereka pada koleksinya! Harusnya semangat kolektor inilah yang mendasari pemilihan pasangan.
(Tapi tunggu ya saudara-saudara, koleksi yang satu ini cukup satu saja! Kami tidak melayani keberatan, protes, diskusi, atau surat menyurat tentang masalah ini! ;-))

"Aku yang menemukan dia lebih dulu. Aku langsung jatuh cinta dan bertekad akan berjuang untuk mendapatkannya!" ...
Kadang ucapan ini diikuti gerutu main-main seperti: "Yaah, walaupun setelah itu aku baru tahu, dia ternyata biasa-biasa aja siih..."

IYA-LAH, kenapa tidak? Hanya barang bagus yang layak diburu seperti itu! Dan kelak, ketika waktu semakin membuktikan bahwa pasanganmu memang benar-benar sekelas 'barang bagus' itu, engkau jugalah yang akan memanen kekaguman orang, lebih-lebih rasa hormat anak-anakmu.

"Busyet, jazik... Dia tahu aja ya dimana menemukan barang bagus. Seleranya memang bagus! Gimana sih dulu ceritanya?" ;-)

Tapi bagaimana kalau si doi ternyata tidak sebagus itu? Bagaimana kalau ternyata kita yang salah memilih?
Tentang ini, busyet ... eh selamat ... engkau terpilih, kawan! Sudah jadi tugasmu untuk menemukan dimana kerennya doi kamu. Jika engkau tidak ditakdirkan melalui jalan cermat dan sabar ketika memilih, berarti kecermatan dan kesabaranmu perlu dikerahkan ketika
1. 'membuka kemasan' (dan yang aku maksud di sini SISI BATINNYA, bukan lainnya!),
2. menemukan sisi-sisi kerennya yang masih tersembunyi, lalu
3. menceritakan pada dunia dengan bangga: "Busyet, ternyata jalan keluarnya ada di konsep 'daur ulang' euy!" ... Atau katakan apa sajalah terserah. Yang penting engkau menemukan semangat kolektor, dan yang kumaksud di sini sudah pasti kolektor satu koleksi! Huh.

(Maaf saudara-saudara, jaman sekarang memang orang bisa menyumpah busyet dan macam-macam untuk menyatakan kekaguman yang besar. Maaf.)

[marriage_shoes.jpg]
"HELP ME"
picture source: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEicP7ryE5zGabfcFmILC2U5ZL9Otz4QZgRoLq-3OEbYWUwX-uWYf-zHMvOlB9upPd_9370hLICZR2DNgAMclS3nL1q3-HmpuclA9KxmH_Pwzq6h-cIsG-Ibi4chs1uAS2XhLpfbIxIHYkI/s1600-h/marriage_shoes.jpg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar