Kamis, 03 Februari 2011

Buaya dan Gayus Juga Ada Pelindungnya ...



Hari ini tahun kelinci sudah dimulai, saudara-saudara. Dan seperti biasa, sebuah permulaan selalu membuatku terkenang pada ...sebuah akhir.

Adalah Edward dan Carter (diperankan oleh Jack Nicholson dan Morgan Freeman), dua orang sahabat yang disatukan oleh kanker dan kematian yang makin mendekat.  Alih-alih menyerah pada kesakitan dan ketakberdayaan, mereka sepakat untuk membuat daftar tentang 'things to do before you die' dan bertekad untuk mewujudkannya. Dalam bucket list*)  mereka itu tercatat terjun payung, bersafari di Afrika, mendaki Himalaya, kebut-kebutan ala pembalap muda, juga ...mencium gadis tercantik di dunia. Percayalah, tak perlu ada gadis-gadis berbikini untuk menyegarkan film ini, karena aksi dua sahabat penyakitan yang sudah kakek-kakek itu cukup memikat, berkat daya hidup, pertengkaran sengit dan 'humor asam-manis' yang terserak di sana-sini.

Well, jadi apa yang ada dalam bucket list-mu, Tuty?
What things you want to do before you ... die?
Sepertinya yang kubayangkan hanyalah ... bersenang-senang, walau bukan semacam terjun payung atau kebut-kebutan. Bayangkan bagaimana rasanya menjadi ...euh...belly dancer? Bagaimana rasanya menyanyi sampai tubuhmu ringan, ekspansif, merinding, bahkan... plong? Pasti menyenangkan juga bisa menari ngremo, memainkan rampak kendang, juga bermain drama seperti dulu bersama teman-teman sekolah...

Lalu angan-anganku melayang pada sebuah taman bermain, dilengkapi dengan kolam, rumah pohon dan perpustakaan mungil. Anak-anak berdatangan, entah untuk sekedar bermain, menyepi, membaca buku, dan mengerjakan pe-er.  Ada dapur kecil untuk eksperimen memasak di sebuah ruang serba guna, juga panggung kecil dan properti buatan sendiri untuk mendongeng.  Bagian terbaik dalam gambaran ini adalah....ternyata ada aku di antara semua kesibukan itu ! (Maunya!) Yah, siapa tahu ada malaikat yang sedang lewat yang sudi mengamini harapan konyol ini. Siapa tahu keberuntunganku masih ada, yaitu ketika dulu aku mimpi punya rumah yang disukai burung, dan sekarang beberapa perkutut liar dan tekukur liar malah membangun sarang di halaman rumahku.

Bersenang-senang? Woi, banyak orang susah di dunia ini, dan sekarang kau hanya memikirkan kesenangan ?
Entahlah. Aku sedang berpikir, jangan-jangan susah itu merupakan pilihan. Jadi kalau memang kita bisa memilih, mengapa bukan bersenang-senang saja? Lebih-lebih bersenang-senang itu tidak selalu mudah, ...euh..., setidaknya begitu pengalamanku. Jadi kalau susah dan senang itu sama-sulitnya, mengapa tidak bersulit-sulit dalam kesenangan aja? (Nah, kalau kalimat muter-muter ini mulai muncul, percayalah, ini salah satu kesenanganku juga. Dan kalau kalimat muter bisa bikin kalian bingung, tambah besar saja kesenanganku!)

Halo? Kenapa mendongeng?
Yah, karena sejarah perkenalan itu seringkali lucu. Pada mulanya dongeng adalah pelarian bagi orang-orang yang tidak puas, tempat dimana engkau bisa sembunyi di dunia ciptaan yang penuh sihir dan kebaikan yang selalu menang. Lama-lama engkau menyukai drama dan intrik-intriknya.  Engkau mulai mengagumi martir, tokoh yang bangkit dari kekalahan, juga tokoh cerdik yang penuh strategi, sekalipun dia antagonis. Selanjutnya engkau tertarik pada tokoh tidak sempurna -macam kita-kita ini- yang dengan gagah berani mengatasi kegelapan batinnya sendiri. Tidak lama lagi engkau akan mulai menaruh perhatian pada tokoh kikuk yang selalu canggung dalam usahanya untuk 'fit in' dengan lingkungannya. Bahkan tokoh yang sial, dangkal, atau sembronopun bisa jadi amat menarik, berkat kemasan cerita yang menggemaskan! Inilah awal dari kesukaanmu pada cerita, proses kreatifnya, dan tentu saja pada para penciptanya !

Tapi ...seperti yang sudah kukatakan, sejarah perkenalan memang banyak lucunya.
Engkau mengira mendongeng adalah tentang segala hal yang bukan dirimu, atau setidaknya sedikit sajalah yang mengandung dirimu. Padahal makin lama engkau akan melihat bahwa ...engkaulah yang hidup dalam dongeng itu. Pada suatu hari engkau adalah itik yang buruk rupa, dan kehadiranmu ditolak oleh para kucing karena engkau tak bisa bergulung dan mendengkur seperti mereka. Engkau lalu menjadi Mulan yang terpaksa menyamar menjadi laki-laki, karena perempuan pada masa itu tak boleh bicara, dan perempuan yang tanpa sengaja menjadi pahlawan itu sama jahatnya dengan seorang kriminal. Atau engkau tumbuh menjadi Midas, tapi sentuhan emasmu ternyata merupakan sentuhan yang mematikan (persahabatan, misalnya). Atau jangan-jangan engkau adalah singa muda Kovu dalam Lion King yang terpaksa 'menanggung kaluputan' (istilah Ahmad Tohari dalam Bekisar Merah) karena dosa warisan, atau bahkan dosa titipan yang sering menimpa para negarawan kita.

Ya, engkau bisa melihat dirimu dalam berbagai kisah-kisah itu. Andai saja kita boleh berharap untuk memerankan Merlin, Arthur, atau Bima, bahkan Bisma dalam kisah pewayangan. Bisakah kita menolak peran Mordred yang mengkhianati Arthur yang telah membesarkannya ? Bisakah kita membebaskan diri dari peran Karna, sang kesatria yang terluka itu? Sebagian diriku berkata: "Tidak tahu". Karena untuk kesuksesan cerita, pemeran antagonis itu perlu dimainkan oleh pemeran terbaik, dan efek paling dramatis hanya mungkin terjadi jika pemeran terbaik itu dimainkan oleh ...orang-orang yang kau cintai. Tapi bagian lain dari diriku berkata: "Bisa !" Engkau hanya perlu menjaga jarak dari segalanya ! Mainkan saja bagianmu, toh dunia ini cuma panggung sandiwara. Tak ada gunanya memaki Karna, karena siapa tahu engkau juga tokoh antagonis seperti itu dalam kisah versi orang lain. Juga tak ada gunanya menyumpahi Mordred, karena di balik kostum gelapnya itu ada ...saudaramu...

Jadi tampaknya engkau perlu mengalami semua peran itu, lebih-lebih jika engkau seorang pendongeng.  Engkau harus merasakan semua rasa nano-nanonya, karena tugasmu adalah membuat perasaan itu believable bagi audiensmu. Ini juga merupakan sebuah tahap belajar untuk memastikanmu menjadi pengendali nano-nano yang tidak enak itu, bukan sebaliknya.  Engkau belajar mengenali mengapa ada Merlin di sini, Arthur di sana, juga Mordred, naga galak, pocong, suster ngesot, bahkan ...Gayus...di mana-mana. (Ya ampun, tampaknya kita harus segera memikirkan bagaimana caranya menjadikan dogol...eh...bumbu-bumbu ini sebagai penyedap dalam versi kisah yang diperbarui.) Lagi pula, sudah lama aku curiga, bahwa Tuhan tampaknya tidak berpihak pada si baik Merlin ataupun Arthur, juga tidak antipati pada Mordred, Kurawa dan antagonis lainnya. Tuhan melindungi semuanya, termasuk buaya bodoh yang membunuhi ribuan migran (maksudku para satwa seperti zebra, wildebeast dan kijang) yang imut dan tak berdosa itu. Semua adalah alat peraga, semacam alat bantu buat para pendongeng untuk menciptakan kisah serunya sendiri.

"He saved my life", kata Edward dalam pidato pemakaman Carter, seorang 'musuh' yang juga sahabat terbaiknya dalam tiga bulan terakhir kehidupan Carter. Yang telah diselamatkan itu sudah pasti bukan umur atau durasi biologis Edward, karena Edward juga meninggal tak lama kemudian. Sesungguhnya mereka saling menyelamatkan kisah hidup masing-masing, memperbarui versinya sedemikian rupa, sehingga pada akhirnya mereka bisa 'menutup mata dengan hati terbuka', demikian istilah Carter.

Jadi saudara-saudara... selamat memulai hari baru di tahun kelinci, selamat memperbarui sesuatu di tahun perdamaian ini. (Ngomong-ngomong, mereka bilang tahun ini tahun 'agak tenang', karena adanya unsur logam membawa hawa galak. Juga semacam 'tenang sejenak', karena tahun ini diapit oleh tahun-tahun galak;-)).
Semoga sukses.


*) daftar keinginan yang harus dilakukan sebelum mati

picture source: http://vicestyle.com/en/news/today/post/crocodile-bag-doll-friends

Tidak ada komentar:

Posting Komentar