Senin, 13 Juli 2009

Pay It Forward !


Apakah pendidikan?
Entah berapa lama kita menghabiskan waktu di bangku sekolah, tapi sekarang kita tidak lagi ingat berapa nomor atom kalsium, berapa keliling Bumi, berapa jenis tulang yang menyusun tubuh kita. Kita juga lupa tahun berapa Raden Wijaya turun tahta, Cut Nyak Dien ditangkap, atau Bung Karno dipenjarakan. Kita mungkin lebih ingat bagaimana membuat ekspresi wajah yang memuaskan guru (agar beliau berhenti ceramah :-)), bagaimana cara menghilang dari pelajaran olah raga, menyiasati catatan absen kelas, menyusup ke kantin atau menulis surat cinta di tengah pelajaran. (Setidaknya kita beruntung karena hal-hal ini masih teringat ;-))

Jika cuma itu yang bisa kita ingat, barangkali kita harus mengingat lebih keras, supaya tidak perlu menyangkal habis-habisan kata-kata Albert Einstein berikut ini:
"Education is that which remains, if one has forgotten everything one learned in school".
Jika pendidikan adalah sesuatu yang meninggalkan jejak yang tak terlupakan pada kita, barangkali kita bisa sepakat bahwa guru itu bisa siapa saja.

Salah satu guru saya adalah film.
Sebuah film 'Pay It Forward' misalnya, dimulai dengan mengisahkan hari pertama seorang guru kelas 7 bernama Simonet yang meminta murid-muridnya melakukan proyek kecil tentang bagaimana mengubah dunia. "Apa pendapat kalian?", tanyanya.
"It's nice"
"Stupid"
"Crazy"
"Apa yang bisa dilakukan anak kecil seperti kami?"
Demikian komentar murid-murid Simonet tentang proyek tersebut. (Lucunya, semua komentar tersebut persis sama dengan komentar saya, dalam hati tentunya ;-)).
Simonet membenarkan semua komentar itu. Tapi ia lalu mengajukan pertanyaan penting:
"How about possible?"

Proyek ini menginspirasi seorang murid pendiam bernama Trevor. Ia menyusun sebuah konsep, jika seseorang berbuat kebaikan tanpa pamrih pada tiga orang, lalu tiga orang tersebut membayar kebaikan tersebut secara berantai pada tiga orang lainnya -juga tanpa pamrih-, maka dunia akan dipenuhi oleh harapan. Trevor memulainya pada seorang tunawisma pecandu narkoba. Orang asing itu diajaknya makan ke rumah, diberinya uang agar ia bisa membeli baju yang layak untuk melamar kerja. Trevor juga mencoba menjodohkan ibunya yang single parent itu dengan Simonet, agar sang ibu tidak perlu berurusan dengan ayahnya yang pemabuk dan penyiksa. Namun Trevor merasa tak ada satupun upayanya yang berhasil.

Benarkah tidak berhasil?
Tanpa disadari, aksi Trevor ini ternyata telah menjadi gerakan yang meluas, bahkan ke kota lain. Setiap orang yang disentuh Trevor melanjutkan sentuhan 'kebaikan tanpa pamrih' tersebut kepada orang asing lainnya. Gerakan tersebut bergerak tanpa menghiraukan kasta, menyebar mulai dari gelandangan, pencuri, wartawan, hingga menyentuh seorang pejabat penting. Setiap orang yang sedang merasakan kesempitan tiba-tiba mengalami semacam pembebasan ketika melakukan kebaikan tanpa pamrih pada orang asing. Memang tidak selalu mudah melakukannya. Bahkan Simonet, guru Trevor yang pertama mengusung proyek ini, dihadapkan pada pilihan berat ketika melakukannya, karena harus menghadapi kekelaman masa lalunya sendiri.

Saya tidak akan menceritakan akhir kisahnya, karena bagi yang belum menonton, menceritakannya secara lengkap itu sebuah kejahatan sekelas ... mengintip kado! :-). Saya hanya ingin menggarisbawahi sekali lagi, bahwa gagasan mengubah dan memperbaiki dunia itu memang very very stupid dan crazy. Namun walaupun seorang guru (juga kita) adalah manusia biasa, ia harus selalu berani mengajukan pertanyaan: "How about possible?" Sebab -meski kita tidak selalu tahu semua rute perjalanan, kita harus percaya bahwa hidup menyediakan banyak sekali rute-rute yang belum dibuka-. Anak-anak memiliki jiwa yang optimis dan semangat bertualang yang tinggi, mereka belum banyak diwarnai ketakutan dan kegelapan. Mereka bisa menjadi guru yang baik bagi kita dalam menemukan rute yang tak terduga itu.

"It's not about talent, but curiosity
It's not knowledge, but imagination
It's not intellect, but character
It's not success, but value".... (disarikan dari kata-kata Einstein)

Salam hormatku pada semua guru, yang tanpa lelah mengenalkan kehidupan sebagai lautan possibilities, sehingga kita tidak sudi menyerah pada jalan buntu.


Add caption

picture source:  http://findreallove.wordpress.com/2010/07/07/pay-it-forward-how-about-that/