Senin, 21 Februari 2011

Aji Mumpung ala Anak Gembala

picture source: http://www.funnypics4all.com/pics/2/9/2934.jpg


Sayup-sayup bangun tidur
Tanaman melambai
Begitu hijau dan segar
Seperti pengantin baru

Anak gembala, anak gembala
Tolong panjatkan pohon belimbing itu
Tolong panjatkan meskipun licin
(Jadikan buahnya) Untuk mencuci baju dodotmu

Baju dodotmu sobek di pinggir
Jahitlah, benahilah
Supaya bisa dipakai 'sebo' nanti sore

Mumpung terang bulannya
Mumpung luang waktumu

Mari bersorak, mari bergembira

(terjemahan bebas tembang dolanan Lir-Ilir)
___________________________________


Teman, jika engkau pernah menjalani masa kanak-kanak di daerah perkotaan Jawa sekitar tahun 70 an, jangan-jangan engkau termasuk generasi terakhir yang  pernah mendengar dan menyanyikan tembang tersebut.

Waktu itu televisi masih hitam-putih. Tak ada iklan, tapi kekayaan lokal -termasuk lagu-lagu daerah- mengalun hampir setiap sore.  Pak Toni, guru kesenian kami saat itu memaksa kami untuk memperbarui lagu-lagu daerah. Dan kami terpaksa senang, karena perlombaan demi perlombaan yang kami ikuti membuat kami boleh membolos beberapa jam pelajaran sehari. Apalagi ditambah kesempatan berkostum cantik dan tampil di panggung yang sama dengan penyanyi beneran... Wah, dipaksa sering-sering pun tak apa, Pak !

Tahun-tahun itu, ijo royo-royo masih melambai dimana-mana. Jadi meskipun televisi mulai berwarna-warni, ijo royo-royonya lapangan terbuka  dan sorak-sorai bersama teman-teman masih amat mempesona. Memang bukan Lir-ilir lagi yang kami nyanyikan (kecuali di panggung perlombaan folk song), tapi Lir-ilir di televisi yang sayup-sayup terdengar selagi mandi sore masih bisa menggoyang dan menggerakkan irama internal kami.

Kini, entah kemana sekarang ijo royo-royo itu. Ia sudah digantikan oleh mall dan pertokoan yang beku. Lambaian ijo royo-royo yang merayakan kemenangan dan kesejahteraan 'burung-burung kecil' itu telah diambil alih oleh lambaian industri milik 'burung-burung besar' yang mengundang kita untuk memasuki sebuah 'ruang tertutup'. Yang disebut mainan itu kini adalah boneka buatan pabrik, mobil-mobilan, robot; bukan lagi ruang terbuka, batu kerikil, biji buah sawo, kain sarung, dan susunan kursi yang dijadikan kereta api. Yah, derap industri memang telah berjasa memudahkan semua urusan kita. Serahkan saja semua hiburan dan agenda pengasuhan itu pada barang-barang pabrik, jadi para orangtua bisa asyik dengan mainan mereka sendiri ...  (Kita terpaksa harus begitu bukan? Kalau tidak, mereka akan mengatai kita ketinggalan jaman ...;-))

Mereka bilang, rumput tetangga lebih hijau dari rumput halaman sendiri.
Tapi ternyata masih ada yang dianggap lebih hijau daripada tanaman dan berbagai irama alaminya itu. Sekarang, irama ekonomilah yang lebih ijo royo-royo di mata kita semua. Dan tragedi ini biasa terjadi, dimana irama alami yang tak berpihak itu selalu kalah oleh irama ekonomi yang memihak kepentingan segelintir orang. Anak-anak adalah korban yang paling rentan. Ketika anak-anak masa lalu merayakan padhang mbulan dan menyoraki datangnya pagi, anak-anak sekarang (termasuk orangtuanya..;-)) membiarkan irama hidup mereka dikendalikan oleh produk baru, game, Blackberry, dan segudang ... pe-er.

Tentu saja tidak semua hal tentang ritme ekonomi ini berdampak buruk. National Geographic mengisahkan tentang sebuah hasil penelitian yang menyebutkan bahwa anak-anak sekarang bisa mengingat 4000 logo yang dipaparkan lewat iklan dan televisi. Bukan main ! Mereka tahu logo Starbuck, Mc.D, barang-barang elektronik, juga tahu wajah-wajah selebriti (maksudnya para aktor dan pelawak). Kekurangan mereka tentu ada, yaitu... tak mampu menyebut 10 spesies tumbuhan yang ada di sekeliling rumah mereka.

Tapi 10 versus 4000 itu cuma kekurangan kecil bukan ?
Euh ... (menghibur diri ;-))

..........

Anak gembala, anak gembala
Tolong panjatkan pohon belimbing itu
Tolong panjatkan meskipun licin
(Jadikan buahnya) Untuk mencuci baju dodotmu

..........

Teman, jangan-jangan kitalah pewaris terakhir tembang ini.
Kitalah anak gembala, cah angon yang sedang digugah oleh Sunan Kalijaga, sang pencipta tembang ini.
Kita diminta memanjat sebuah pohon yang buahnya berbentuk bintang dengan lima sudut (whatever that means, it's your decision ! ;-)).
Kita didorong untuk berani dan tak menyerah, sekalipun pohonnya licin. Siapa tahu buah pendakian itu bisa digunakan untuk meluruskan ego dan melepaskan keterikatan kita pada irama palsu yang disimbolkan sebagai baju dodot, baju kebesaran ala bangsawan itu.
Lalu, dengan baju dodot yang telah diperbarui, kita bersiap untuk 'sebo', duduk bersimpuh untuk menerima ajaran kearifan. Atau bahkan menghadap Sang Raja.

Dasarnya cuma aji mumpung.
Mumpung masih terang bulan sang penyembuh itu.
Mumpung kita masih bangun, masih bisa merayakan, mengisi dan mempertahankan kemenangan.

..........

Lir-ilir, lir-ilir
Tandure wus sumilir
Tak ijo royo-royo
Tak sengguh penganten anyar

Bocah angon, bocah angon
Penekno blimbing kuwi
Lunyu-lunyu penekno
Kanggo mbasuh dodot iro

Dodot iro, dodot iro
Kumitir bedhah ing pinggir
Dondomono, rumatono
Kanggo sebo mengko sore

Mumpung padhang rembulane
Mumpung jembar kalangane
Yo surak'o surak hiyo




Ingin menyimak penafsiran tembang Ilir-Ilir yang lebih 'meriah' ?
Lihat : http://citizennews.suaramerdeka.com/?option=com_content&task=view&id=395
juga http://www.youtube.com/watch?v=sgaYV77hK00

Kamis, 03 Februari 2011

Buaya dan Gayus Juga Ada Pelindungnya ...



Hari ini tahun kelinci sudah dimulai, saudara-saudara. Dan seperti biasa, sebuah permulaan selalu membuatku terkenang pada ...sebuah akhir.

Adalah Edward dan Carter (diperankan oleh Jack Nicholson dan Morgan Freeman), dua orang sahabat yang disatukan oleh kanker dan kematian yang makin mendekat.  Alih-alih menyerah pada kesakitan dan ketakberdayaan, mereka sepakat untuk membuat daftar tentang 'things to do before you die' dan bertekad untuk mewujudkannya. Dalam bucket list*)  mereka itu tercatat terjun payung, bersafari di Afrika, mendaki Himalaya, kebut-kebutan ala pembalap muda, juga ...mencium gadis tercantik di dunia. Percayalah, tak perlu ada gadis-gadis berbikini untuk menyegarkan film ini, karena aksi dua sahabat penyakitan yang sudah kakek-kakek itu cukup memikat, berkat daya hidup, pertengkaran sengit dan 'humor asam-manis' yang terserak di sana-sini.

Well, jadi apa yang ada dalam bucket list-mu, Tuty?
What things you want to do before you ... die?
Sepertinya yang kubayangkan hanyalah ... bersenang-senang, walau bukan semacam terjun payung atau kebut-kebutan. Bayangkan bagaimana rasanya menjadi ...euh...belly dancer? Bagaimana rasanya menyanyi sampai tubuhmu ringan, ekspansif, merinding, bahkan... plong? Pasti menyenangkan juga bisa menari ngremo, memainkan rampak kendang, juga bermain drama seperti dulu bersama teman-teman sekolah...

Lalu angan-anganku melayang pada sebuah taman bermain, dilengkapi dengan kolam, rumah pohon dan perpustakaan mungil. Anak-anak berdatangan, entah untuk sekedar bermain, menyepi, membaca buku, dan mengerjakan pe-er.  Ada dapur kecil untuk eksperimen memasak di sebuah ruang serba guna, juga panggung kecil dan properti buatan sendiri untuk mendongeng.  Bagian terbaik dalam gambaran ini adalah....ternyata ada aku di antara semua kesibukan itu ! (Maunya!) Yah, siapa tahu ada malaikat yang sedang lewat yang sudi mengamini harapan konyol ini. Siapa tahu keberuntunganku masih ada, yaitu ketika dulu aku mimpi punya rumah yang disukai burung, dan sekarang beberapa perkutut liar dan tekukur liar malah membangun sarang di halaman rumahku.

Bersenang-senang? Woi, banyak orang susah di dunia ini, dan sekarang kau hanya memikirkan kesenangan ?
Entahlah. Aku sedang berpikir, jangan-jangan susah itu merupakan pilihan. Jadi kalau memang kita bisa memilih, mengapa bukan bersenang-senang saja? Lebih-lebih bersenang-senang itu tidak selalu mudah, ...euh..., setidaknya begitu pengalamanku. Jadi kalau susah dan senang itu sama-sulitnya, mengapa tidak bersulit-sulit dalam kesenangan aja? (Nah, kalau kalimat muter-muter ini mulai muncul, percayalah, ini salah satu kesenanganku juga. Dan kalau kalimat muter bisa bikin kalian bingung, tambah besar saja kesenanganku!)

Halo? Kenapa mendongeng?
Yah, karena sejarah perkenalan itu seringkali lucu. Pada mulanya dongeng adalah pelarian bagi orang-orang yang tidak puas, tempat dimana engkau bisa sembunyi di dunia ciptaan yang penuh sihir dan kebaikan yang selalu menang. Lama-lama engkau menyukai drama dan intrik-intriknya.  Engkau mulai mengagumi martir, tokoh yang bangkit dari kekalahan, juga tokoh cerdik yang penuh strategi, sekalipun dia antagonis. Selanjutnya engkau tertarik pada tokoh tidak sempurna -macam kita-kita ini- yang dengan gagah berani mengatasi kegelapan batinnya sendiri. Tidak lama lagi engkau akan mulai menaruh perhatian pada tokoh kikuk yang selalu canggung dalam usahanya untuk 'fit in' dengan lingkungannya. Bahkan tokoh yang sial, dangkal, atau sembronopun bisa jadi amat menarik, berkat kemasan cerita yang menggemaskan! Inilah awal dari kesukaanmu pada cerita, proses kreatifnya, dan tentu saja pada para penciptanya !

Tapi ...seperti yang sudah kukatakan, sejarah perkenalan memang banyak lucunya.
Engkau mengira mendongeng adalah tentang segala hal yang bukan dirimu, atau setidaknya sedikit sajalah yang mengandung dirimu. Padahal makin lama engkau akan melihat bahwa ...engkaulah yang hidup dalam dongeng itu. Pada suatu hari engkau adalah itik yang buruk rupa, dan kehadiranmu ditolak oleh para kucing karena engkau tak bisa bergulung dan mendengkur seperti mereka. Engkau lalu menjadi Mulan yang terpaksa menyamar menjadi laki-laki, karena perempuan pada masa itu tak boleh bicara, dan perempuan yang tanpa sengaja menjadi pahlawan itu sama jahatnya dengan seorang kriminal. Atau engkau tumbuh menjadi Midas, tapi sentuhan emasmu ternyata merupakan sentuhan yang mematikan (persahabatan, misalnya). Atau jangan-jangan engkau adalah singa muda Kovu dalam Lion King yang terpaksa 'menanggung kaluputan' (istilah Ahmad Tohari dalam Bekisar Merah) karena dosa warisan, atau bahkan dosa titipan yang sering menimpa para negarawan kita.

Ya, engkau bisa melihat dirimu dalam berbagai kisah-kisah itu. Andai saja kita boleh berharap untuk memerankan Merlin, Arthur, atau Bima, bahkan Bisma dalam kisah pewayangan. Bisakah kita menolak peran Mordred yang mengkhianati Arthur yang telah membesarkannya ? Bisakah kita membebaskan diri dari peran Karna, sang kesatria yang terluka itu? Sebagian diriku berkata: "Tidak tahu". Karena untuk kesuksesan cerita, pemeran antagonis itu perlu dimainkan oleh pemeran terbaik, dan efek paling dramatis hanya mungkin terjadi jika pemeran terbaik itu dimainkan oleh ...orang-orang yang kau cintai. Tapi bagian lain dari diriku berkata: "Bisa !" Engkau hanya perlu menjaga jarak dari segalanya ! Mainkan saja bagianmu, toh dunia ini cuma panggung sandiwara. Tak ada gunanya memaki Karna, karena siapa tahu engkau juga tokoh antagonis seperti itu dalam kisah versi orang lain. Juga tak ada gunanya menyumpahi Mordred, karena di balik kostum gelapnya itu ada ...saudaramu...

Jadi tampaknya engkau perlu mengalami semua peran itu, lebih-lebih jika engkau seorang pendongeng.  Engkau harus merasakan semua rasa nano-nanonya, karena tugasmu adalah membuat perasaan itu believable bagi audiensmu. Ini juga merupakan sebuah tahap belajar untuk memastikanmu menjadi pengendali nano-nano yang tidak enak itu, bukan sebaliknya.  Engkau belajar mengenali mengapa ada Merlin di sini, Arthur di sana, juga Mordred, naga galak, pocong, suster ngesot, bahkan ...Gayus...di mana-mana. (Ya ampun, tampaknya kita harus segera memikirkan bagaimana caranya menjadikan dogol...eh...bumbu-bumbu ini sebagai penyedap dalam versi kisah yang diperbarui.) Lagi pula, sudah lama aku curiga, bahwa Tuhan tampaknya tidak berpihak pada si baik Merlin ataupun Arthur, juga tidak antipati pada Mordred, Kurawa dan antagonis lainnya. Tuhan melindungi semuanya, termasuk buaya bodoh yang membunuhi ribuan migran (maksudku para satwa seperti zebra, wildebeast dan kijang) yang imut dan tak berdosa itu. Semua adalah alat peraga, semacam alat bantu buat para pendongeng untuk menciptakan kisah serunya sendiri.

"He saved my life", kata Edward dalam pidato pemakaman Carter, seorang 'musuh' yang juga sahabat terbaiknya dalam tiga bulan terakhir kehidupan Carter. Yang telah diselamatkan itu sudah pasti bukan umur atau durasi biologis Edward, karena Edward juga meninggal tak lama kemudian. Sesungguhnya mereka saling menyelamatkan kisah hidup masing-masing, memperbarui versinya sedemikian rupa, sehingga pada akhirnya mereka bisa 'menutup mata dengan hati terbuka', demikian istilah Carter.

Jadi saudara-saudara... selamat memulai hari baru di tahun kelinci, selamat memperbarui sesuatu di tahun perdamaian ini. (Ngomong-ngomong, mereka bilang tahun ini tahun 'agak tenang', karena adanya unsur logam membawa hawa galak. Juga semacam 'tenang sejenak', karena tahun ini diapit oleh tahun-tahun galak;-)).
Semoga sukses.


*) daftar keinginan yang harus dilakukan sebelum mati

picture source: http://vicestyle.com/en/news/today/post/crocodile-bag-doll-friends